Rabu, 10 November 2010

101110

Mas, ada yang terlewat dari perbincangan kita kemarin.
Maaf, Mas. Maaf. Tutur kataku yang sering kasar dan menyakiti hatimu. Kemudian yang sering merendahkanmu, mengungkit-ungkit peristiwa-peristiwa yang telah lalu. Mas, ketika aku marah, yang senang kulakukan hanya memendamnya sampai reda sendiri. Dari sifatku itu, ada dua kemungkinan yakni amarahku mereda ataupun makin menumpuk dan sewaktu-waktu meledak seperti bom waktu. Maaf karena aku tidak mampu mengendalikan diriku sendiri. Mungkin sedikit hatimu sekarang sedang terluka karena lidahku yang tajam. Maaf Mas.
Aku nggak akan sekasar itu JIKA saran-saran halusku, kata-kata manisku dulu Mas terima dengan baik, dengan nada baik, dengan sikap yang baik, dengan niat untuk mau berusaha menjalankannya. Toh itu untuk kebaikan Mas. Aku sayang Mas, dan aku juga ingin sesuatu yang terbaik kelak Mas dapatkan dengan jalan yang baik dan usaha yang baik juga.
Mas, tolong hilangkan keliaran Mas sedikit demi sedikit ya. Jangan diulangi lagi. Walau Mas jauh di sana tanpa ada yang mengawasi secara nyata, tapi ada pengawas yang terhebat tapi kasat mata, Mas.
Mas, jangan bikin aku kepikiran ya dengan keliaran-keliaran Mas. Aku yakin kalo Mas mau berubah pasti Mas bisa. Dengan begitu, aku bisa tenang. :-)
Semangat ya Mas.

Mas, keinginanku menutup akun FB bukan hanya karena aku tertekan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan padaku seputar buku tahunan. Masih ingat ketika aku minta Mas untuk menghapusku dari daftar teman Mas di FB? Karena Mas diam dan kupikir aku lagi-lagi dikacangin -- akhirnya kuputuskan aku yang menghilang dulu dari dunia maya. Aku benci kalau-kalau aku masih nyandu buat liat profilmu, baca status2mu, liat albummu. Sesungguhnya memang nggak ada apa-apa! Tapi ketakutanku terlalu besar terhadap suatu kenyataan yang kalau-kalau kudapati di FBmu yang mungkin suatu saat nanti bisa menyakiti hatiku lagi.
Mas, waktu itu hatiku masih panas, seperti gelas yang terisi air panas penuh sampai bibir gelas. Saat gelas itu tersenggol, sudah pasti terjatuh dan pecah. Seperti bara api, ketika tersiram oleh minyak tanah atau bensin, makin besar api itu Mas.
Ya kedua alasan besar itulah yang membuatku makin gila di dunia maya.

Aku sempet nyesel waktu pulang pertama kali pasca kita putus. Kudapati sehelai kertas yang ada tandatanganmu dan tandatanganku. Kamu masih inget waktu tanganmu terluka karena kecelakaan di Gandu????
Kamu masih inget waktu kamu marah besar ke aku karena aku mencantumkan cerpen buat majalah MOS yang menyinggung perasaanmu? Lalu kuganti cerpennya kemudian kucetak di selembar kertas agar kamu membacanya. Masih inget ada halaman kosong dibaliknya??
Masih inget kekhawatiranku kalau kamu kuliah di Semarang?? Bagaimana gadis-gadis di sana mampu memikatmu di saat kamu jauh dariku? AKU KHAWATIR. (Toh, kekhawatiranku itu memang terjadi)
Apa yang kamu lakukan kalau ada gadis yang memelukmu?? Tapi kau bertindak sebaliknya. Justru bukan gadis itu kan Mas??
Apa yang kamu lakukan?? Masih ingat kamu tulis kamu akan kembali kepadaku, mengabaikan gadis itu. Ternyata tidak kan??
Masih ingat bahwa semua yang tertulis itu adalah janji Mas. Sebetulnya bukan janji dengan tujuan untuk menenangkanku saja, tapi janji yang seharusnya kau tepati untuk melindungi dirimu sendiri. Supaya kamu jangan sampai bertindak di luar batas. Umur kita masih muda. Karma masih ada di dunia ini. Bisa terjadi dalam waktu dekat maupun lama.
Karena itulah aku makin muak sama kamu, marah sama kamu. Melarangmu buat menghubungi ponselku lagi. Marah yang membuatku kesetanan Mas.

Maaf. Aku sadar kalau kata-kataku terlalu kasar untukmu. Aku ternyata masih sayang kamu. Dan marahku, benciku karena aku sayang kamu dan sekali lagi ingin kamu mendapatkan segala hal yang terbaik dalam hidupmu.

Mas, yang lalu memang yang lalu. Aku ingin kita sama-sama menutup segala yang kelam di masa lalu. Aku ingin kita sama-sama meniti langkah yang lebih baik untuk masa depan kita. Aku ingin kita sama-sama tetap memberi semangat, saran dan kritik tak lain untuk kebaikan kita.
Sekali lagi maaf....

Bismillahirrohmaanirrohiim....

0 komentar:

lihat cerpenku di cerpen.net