Sabtu, 06 Juni 2009
Sempet kaku denger kata autis. Eah...sekarang-sekarang ini lagi banyak anak muda pada bilang diri mereka autis kan?! Mereka pikir autis tu kata-kata biasa tanpa makna. Ato barangkali maknanya cuma buat anak-anak yang kelebian gaya, aksi gitu ea?!
Sempet bergetar hati ini juga denger mereka menamakan diri anak-anak autis. Dari mereka ga semuanya tau apa itu autis.
Autis itu kelainan yang diderita sekelompok anak dari mayoritas anak normal. Ni penderita autis punya gangguan bicara, terlalu aktif bergerak dan sulit untuk sosialisasi sama banyak orang pada umumnya. Butuh terapi yang panjang waktu, lama minta ampun untuk membuat mereka normal. Butuh kerja ekstra dan perhatian lebih untuk anak-anak autis macam ini.
Contoh saja adek saya. Umurnya akan menginjak 9 tahun 26 Mei 2009 ini. Adek saya, sebut saja Arif mengalami gangguan seperti ini dan diketahui saat berumur 2 tahun. Normalnya anak-anak 2 tahun uda berani ngoceh-ngoceh di depan umum. Tapi Arif, hingga umur demikian ga kunjung ngoceh. Tingkahnya pun jauh dari tingkah anak-anak lain. Lebih suka maen sendiri, jarang perhatiin omongan orang tuanya.
Untungnya sejak bayi, Arif uda dibawa Budhe ke Salatiga untuk dirawat. Karena Bapak waktu itu sedang sakit, maka Ibu harus pandai-pandai mengatur waktu. Ya, at least Ibu ngurusin Bapak dulu. Baru kemudian konsen ke Arif.
Tapi menjelang balita, Arif diketahui mengalami seperti itu. Langsung dibawa ke Semarang, RS. Karyadi. Arif kudu ikut terapi tiap minggu. Harus rutin, gag bole makan banyak karbohidrat dan atau gula krn ni akan mengakibatkan banyak tenaga untuk dia lebih bergerak hiperaktif.
Itulah kenapa kadang-kadang Bontheng mrasa risih harus denger anak-anak pada namain diri mereka autis.
Sempet bergetar hati ini juga denger mereka menamakan diri anak-anak autis. Dari mereka ga semuanya tau apa itu autis.
Autis itu kelainan yang diderita sekelompok anak dari mayoritas anak normal. Ni penderita autis punya gangguan bicara, terlalu aktif bergerak dan sulit untuk sosialisasi sama banyak orang pada umumnya. Butuh terapi yang panjang waktu, lama minta ampun untuk membuat mereka normal. Butuh kerja ekstra dan perhatian lebih untuk anak-anak autis macam ini.
Contoh saja adek saya. Umurnya akan menginjak 9 tahun 26 Mei 2009 ini. Adek saya, sebut saja Arif mengalami gangguan seperti ini dan diketahui saat berumur 2 tahun. Normalnya anak-anak 2 tahun uda berani ngoceh-ngoceh di depan umum. Tapi Arif, hingga umur demikian ga kunjung ngoceh. Tingkahnya pun jauh dari tingkah anak-anak lain. Lebih suka maen sendiri, jarang perhatiin omongan orang tuanya.
Untungnya sejak bayi, Arif uda dibawa Budhe ke Salatiga untuk dirawat. Karena Bapak waktu itu sedang sakit, maka Ibu harus pandai-pandai mengatur waktu. Ya, at least Ibu ngurusin Bapak dulu. Baru kemudian konsen ke Arif.
Tapi menjelang balita, Arif diketahui mengalami seperti itu. Langsung dibawa ke Semarang, RS. Karyadi. Arif kudu ikut terapi tiap minggu. Harus rutin, gag bole makan banyak karbohidrat dan atau gula krn ni akan mengakibatkan banyak tenaga untuk dia lebih bergerak hiperaktif.
Itulah kenapa kadang-kadang Bontheng mrasa risih harus denger anak-anak pada namain diri mereka autis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar