Jumat, 14 November 2008

101008 Ketika Angka 10

- Abang Sayang, Abang Malang-
Dalam lembar ini, aku selaku orang yang tak tahu diri ingin mengurai perasaanku kepadamu. Karena aku merasa jadi orang yang tak bisa membahagiakanmu. Menjadikanmu merasa sebagai seorang pemilik tahta di hatiku.
Beribu terima kasih kuucapkan kepadamu atas rasa sakit hatimu, pengorbananmu, rasa tulus dan ikhlasmu. Itu semua menyangkut perasaanmu. Terlebih kuucapkan terima kasih atas kesediaanmy menyayangiku. Terima kasih.
Beribu maaf juga kusampaikan atas kelancanganku, rasa hinaku dulu kepadamu, ketidaklayakanku memilikimu. Karena kau terlalu baik. Kau benar-benar memperlakukanku sebagai yang kau sayangi. Sedangkan aku sering menyia-nyiakanmu.
Karena kesalahan-kesalahanku kepadamu, aku minta maaf. Sekali lagi, tolong ingatkan aku atas kealpaanku sehingga membuat kau jadi tak nyaman dan tak bahagia.

- 10 is perfect number-
Ingatkah kamu dengan angka 10? 1 dan 0? Yang pernah kau utarakan dulu?
Kita seperti angka 1 untukku dan 0 untukmu. Kita adalah pasangan yang ‘aneh’ dengan postur tubuh mirip angka 1 dan 0. tapi angka 10 bagi siapapun, khususnya bagi pelajar seperti kita dan yang lain adalah angka yang sempurna, merupakan nilai yang paling didambakan. Semoga kita bisa mencapainya.
Telah kusadari angka 10 adalah angka yang istimewa. Telah kita jalani ikatan ini selama 10 bulan. Bisakah itu menjadi 10 tahun, 10 windu, 10 dasawarsa? Hanya kesetiaan dan cinta yang dapat menyatukan kita selama itu. Harus dibutuhkan pengorbanan dan pengabdian yang sempurna pula untuk itu.
I love You.... 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

weladalah....

angka 1 dan 0 nya punya filosofi sendiri...

lihat cerpenku di cerpen.net