Sabtu, 12 Desember 2009
Hari Minggu, sebuah hari yang kunanti. Karena sudah ada janji. Menyegarkan pikiran jadi satu hal yang ingin kulakukan jika hari Minggu tiba. Kusiapkan kamera dan pengamannya ke dalam tas mungilku. Tak lupa dompet dengan uang secukupnya. Karena hari ini kami, aku dan pacar akan berangkat ke pegunungan 23 km dari rumah. Hobi fotografi akan kupuaskan disana. Obyek-obyek sudah kupastikan akan habis kuabadikan nanti.
Menjelang jam sembilan ternyata Ardi, sudah sampai di depan kost-an. Membawa kantong pinggang, tempatnya menyimpan makanan kecil. Bukan aku yang membawakan, memang. Kuisyaratkan untuk menungguku sebentar karena aku belum lengkap tanpa sepatu. Biar mau ke pegunungan tentu saja matahari takkan libur untuk bersinar nanti. Aku tak mau kulitku gosong, bahaya! Sinar UV-A dan UV-B mengincar kulit manusia.
Berangkatlah kami menuju jalan pegunungan yang lumayan jauh. Melewati beberapa hektar sawah, kemudian lewat hutan milik Perhutani, melewati rumah penduduk. Begitu terus kami lewati. Hingga kami agak lelah duduk di jok motor. Lelah juga walau hanya duduk. Sambil nge-gas Ardi tengok kanan-kiri mencari bangku yang terbuat dari semen untuk istirahat. Kemarin dia cedera tangan saat main futsal. Jadi agak lelah kalau lama-lama dia meletakkan tangannya di stang motor.
500 meter lagi ada rest area. Sampai disana ada penjual es degan yang mangkal menawarkan dagangannya. Ah, lumayan mengobati lelah dan haus. Jadinya kami turun dan istirahat di sana. Rest area ini masih di wilayah hutan pinus. Dingin sekali. Untungnya jaket dan sarung tangan tak pernah tertanggal dari tubuh dan tanganku. Setelah minum es degan-lumayan menggelitik gigiku yang kedinginan, kuingat kameraku yang sedari tadi terdiam. Kukeluarkan dia dari kurungannya. Akhirnya kau bernapas lega sekarang. Tapi sayang udaranya yang dingin mungkin membuatmu agak tidak kerasan. Baru sebentar menimangnya, tanganku digenggam Ardi.
“Pengen foto-foto kan?” tanyanya serius.
“Iya.” Aku tersenyum. “Dimana daerah yang bagus?”
“Mungkin di sana,” tunjuknya ke suatu arah masuk ke dalam hutan. Kutengok dari kejauhan ternyata di sana ada pemandangan indah. Sebuah daerah landai di tengah hutan. Pasti seru foto-foto di sana. Tangannya menarikku. Meninggalkan es degan menuju kedalaman keindahan hutan pinus.
Kami berlari terus. Mencari pinggiran daerah landai di dalam hutan pinus. Sampai disana sungguh indah. Masih ada kabut-kabut putih yang menyelimuti. Suhunya semakin rendah dibanding rest area tadi. Huf.. dingin juga rupanya. Tanganku agak bergetar memegang kameraku. Siap-siap untuk mengabadikan, Ardi sekali lagi menghalangiku mengangkat kamera. Pandangan matanya menghunjam mataku. Aku bingung. Aku takut.
“Kamu nggak suka?” tanyaku pelan. Dia membimbingku duduk di samping kirinya. Aku menurut.
“Kagumi dan kenali dulu daerah ini sebelum kamu memotretnya,” katanya kemudian sambil perlahan mengalihkan pandangan ke cakrawala luas di depan mata kami.
“Dingin ya,” genggaman tangan kirinya membuatku sadar, dia ternyata kedinginan. Tanganku yang lain beralih menyentuh kamera. Siap kuangkat lagi kameraku ke arah kabut-kabut tipis di depan, Ardi menghalanginya lagi. Tangannya yang lain menurunkan kameraku dalam genggaman. Matanya menaruh harapan dalam di mataku. Wajahku pasti serasa bingung sekarang. Diciumnya bibirku untuk menghilangkan kegelisahanku. Aku diam.
Semakin dekat wajahnya ke arah wajahku. Aku takut.
“Nin, aku ingin..” sementara matanya masih menatap mataku.
“Kamu mau kan? Bercinta.....denganku?” nafasnya memburu dan panas. Matanya menyiratkan keinginan mendalam. “Aku lama memendamnya. Aku inginkan itu. Kamu mau kan, Nin?”
Seketika kualihkan pandanganku ke arah lain. Menghindar dari tatapan matanya.
“Kita sudah lama pacaran. Sudah sepantasnya aku menginginkan dan mendapatkannya.”
Lama kami terdiam.
“Sudah 4 tahun. Hanya denganmu aku inginkan itu. Hanya denganmu aku punya rasa ini. Sudah 4 tahun lamanya, Nin. Kekasih pertama dan terakhirku.”
Kuberanikan membuka mulutku.
“Sudah berapa perempuan yang kamu ajak, Ar?”
“Cuma kamu. Aku jujur. Aku nggak bohong. Sumpah.”
“Aku terlanjur berjanji.” Spontan Ardi bingung.
“Kamu lupa, Ar? Kamu sendiri yang memintaku berjanji untuk menjaga keperawananku ini. Sampai saat ini masih. Kamu minta aku janji akan menjaganya sampai kita menikah nanti. Walau sebenarnya aku agak sangsi akan benar-benar menikah denganmu atau tidak. Aku terlanjur berjanji,” kata-kataku lirih. Kuucapkan tanpa sedikitpun memandang wajahnya.
“Kapan aku memintamu?”
“Ulang tahun kita yang ke-2. Masih ingat itu adalah ciuman pertamaku? Sekaligus ciuman pertamamu, mungkin. Aku terlanjur berjanji, Ar. Aku tak ingin melanggar janji yang kau buat demi aku tepatinya.”
Apakah kata-kataku menyakitkannya sehingga ia diam kemudian. Diam cukup lama tertunduk, melepaskan genggamannya. Jujur kurasakan aku patah hati. Aku kecewa dengan permintaannya.
“Aku ingin menikah denganmu,” kuraih tangannya, menenangkannya dalam genggamanku.
“Aku ingin menjadi perawan sampai kita menikah. Aku ingin suci sampai malam kita menjadi pasangan sah. Dan hanya kau yang boleh mengambilnya, bukan orang lain. Kututurkan aku ingin menikah denganmu. Biar begitu aku ingin suci untukmu.”
“Tatap aku,” kuminta dia menatap mataku. Ardi menoleh kuyu.
“Maaf, Ninda sayang. Aku sudah salah meminta yang bukan-bukan kepadamu. Aku sudah alpa tentang janji yang kuminta padamu. Adakah sesuatu yang dapat mengobati lukamu? Aku tahu barusan kau terluka.”
“Kamu juga mau berjanji kan?”
“Janji apa?”
“Berjanji, kalau hanya aku yang boleh meminta keperjakaanmu kelak kalau kita menikah. Sebelum kita menikah, nggak boleh satu diantara kita melanggarnya. Harus.”
Ardi mengangguk.
“Janji?”
“Iya, Sayang.”
Aku memeluknya bahagia. Erat pelukan kami saling menghangatkan hari yang dingin ini.
Label: cerpen
Sabtu, 03 Oktober 2009
Terucap selamat untuk panitia Esasi 09/10 yang merelakan seluruh tenaga, pikiran demi kelancaran dan kesuksesan serangkaian kegiatan DIESEMAS ESASI at 2009, salah satu diantaranya
Sabtu, 01 Agustus 2009
Bontheng sedikit terhenyak dengan kenyataan-kenyataan yang semalam Bontheng baca. Lagi-lagi tentang budaya. Tertulis di KOMPAS edisi Minggu, 19 Juli 2009, WACANA berjudul Giliran Budaya Bicara hasil goresan tangan Franki Raden.
Dalam artikel ini dituliskan secara gamblang bahwa cerita-cerita kota-kota maju dan sukses berkembang di AS diinisiatifkan dari pengembangan budaya setempat. Benar-benar hal yang sepintas sepele. Dituliskan ada dua kota kecil namun maju berkat budaya di sana, diantaranya Madison dan Toronto. Selanjutnya akan saya ulas lagi mengenai dua kota ini.
Lima tahun lalu -- Madison, adalah kota kecil di Negara Bagian Wisconsin. Memiliki jumlah penduduk 300.000 orang yang tumbuh luar biasa serta mampu menarik banyak urban ke sana. Berdasar Richard Florida dalam bukunya The Rise of the Creative Class, kota Madison memenuhi kriteria kota yang maju. Dalam buku disebutkan bahwa, untuk bisa tumbuh dan ebrkembang di era globalisasi, sebuah kota harus mampu memikat sebuah kelas masyarakat baru, yakni “kelas masyarakat kreatif”. Yang dimaksud di kelas ini antara lain kelas pebisnis, pengusaha bidang jasa, ilmu, budaya. Masyarakat akan tertarik untuk tinggal, menetap di kota jika kota tersebut memiliki banyak fasilitas dan kegiatan budaya. Kegiatan budaya tidak hanya menjadi pelepasan penat saja, namun menjadi ilham bagi produktivitas kaum di atas di bidangnya.
Yang menyebabkan kota Madison berkembang begitu cepat adalah dua hal.
1. Datangnya pelajar, mahasiswa dari segala penjuru untuk kuliah di Universitas Wisconsin sejak 1970-an.
2. Usaha seorang walikota perempuan di awal tahun 2000-an untuk mengubah total pusat kotanya dari wilayah pertokoan menjadi wilayah kebudayaan. Dengan biaya 100 jutaan dollar, wali kota mengembangkan fasilitas budaya di sekeliling Capitol Square (wilayah pemerintahan). Yang diberikan tanggung jawab untuk ini adalah arsitek handal Cecarpelli. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi semakin melaju cepat.
Taman Botani di Madison
Kota satu ini menarik perhatian saya. Kota JAZZ adalah milik Toronto. Walikota daerah berpenduduk 3 jutaan ini melakukan kebijaksanaan yang sama. Selama empat tahun terakhir, Toronto berkembang pesat. Salah satu motivasinya adalah untuk mendatangkan wisatawan asing, domestik. Di kota ini mengalami perkembangan kebudayaan secara dinamik. Hal ini didukung penuh oleh pihak pemerintah, swasta dan masyarakat. Mereka memiliki visi sama dan paradigma yang sama.
Di kota ini salah satu yang menarik adalah didirikannya Jazz FM untuk membangkitkan minat masyarakat terhadap Jazz. Radio ini adalah radio komunitas hasil sumbangan pendengarnya. Adanya fasilitas online, Jazz FM juga mendapat bantuan dari luar Kanada. Hingga demikian Jazz music menjadi milik Toronto. Kota Jazz Dunia.
Membandingkannya dengan Indonesia masih terlalu besar dan rumit. Indonesia pernah mengalami kejayaan utamanya di Jakarta hasil ‘gubahan’ Ali Sadikin. Saya hanya ingin membandingkannya dengan Blora, kota saya tercinta.
‘Slenting-slenting’ dari obrolan sahabat-sahabat saya mengenai pariwisata Blora yang kurang di-eksplore dan kurang mampu dipublikasikan dengan baik. Kota Blora pun, tidak banyak yang tahu. Apakah kita bersama-sama sebagai generasi luhur Blora mampu meningkatkan ini? Barangkali sudah ada usaha-usaha dari berbagai pihak, saya acungi empat jempol untuk ini. Namun usahanya masih belum maksimal.
Optimalisasi minat masyarakat terhadap budaya perlu ditingkatkan. Karena dari minat masyarakat saya rasa mampu meningkatkan produktivitas masyarakat untuk membuat kotanya menjadi produktif, mampu menarik kaum-kaum kelas profesional untuk menetap di Blora. Memberikan investasi besar demi kemajuan Blora. Dan harapan selanjutnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat kota Blora.
Sedikit saya bercerita tentang Io, sahabat saya yang berhasil meraih juara pertama tingkat Propinsi untuk lomba Karya Tulis Sejarah : Benda Cagar Budaya. Begitu dahsyat Io mempresentasikan hasil observasinya, kerja kerasnya selama ini. Bersama Tetet dan Bu Dini yang mau hingga detik kemenangan setia mendampingi. Saya sungguh bangga. Sebuah kota yang memenuhi prinsip Richard di atas memang sulit untuk diterapkan di Blora. Tapi saya yakin, dengan upaya keras, kita bisa menjadikan Blora sebagai kota budaya yang produktif.
Pernahkah kita ingin memiliki visi sama untuk membangun Blora menjadi kota maju? Pernahkah kita membangun dari sisi budaya yang selama ini makin lama makin tersingkir? Di Singapura sekecil itu, sedikit sekali sarjananya. Lebih banyak SMK, kejuruan, Diploma yang mampu mengoptimalkan potensi mereka. Di Indonesia, begitu banyak sarjana yang hanya ingin menggantungkan nasibnya dengan bekerja menjadi karyawan bawah. Menjadi yang digaji, bukan menjadi yang menggaji. Sulit memang. Tapi awalnya saja. Bagai menanam pohon jati, dengan bibit yang susah perawatannya, namun jika ulet, sabar, hasil yang dicapai nantinya akan maksimal dan memuaskan.
Inginnya saya menjadi yang disarankan oleh Io. Menjalani studi seni tari yang sudah lama kegemaran ini saya tinggalkan untuk membangun Blora jadi kota seperti Madison dan Toronto. Kota kecil tapi besar.
Bontheng ingin memberikan semangat spiritual untuk sahabat-sahabat Bontheng yang sebentar lagi mengikuti seleksi Duta Wisata Kabupaten Blora. Semoga dapat memberikan yang terbaik dan maksimal. Semangat ya,, Bontheng mendoakanmu.
Sabtu, 06 Juni 2009
Aku sekarang terduduk diam di ruang multimedia. Dengan 15 teman lainnya kami mengerjakan tes UAS-Kimia. Tapi bukan itu yang ingin kubahas sekarang. Lihatlah kawan, di sisi dinding ketika kau masuk, dihadapkan dengan gambar kuno nan besar, personil Gita Smara Dana SMA NEGERI 1 BLORA. Masa berjaya sedang tergenggam mantap di tangan mereka, entah angkatan tahun berapa. Aku juga tak tahu angkatan bapak ibu dari teman kita yang mana.
Sementara aku kini berpikir, begitu banyak tim Drumband yang menjamur di Kabupaten Blora. Tak ingin mereka kalah dan ebrada di papan bawah dan terdegradasi. Sedang tim Gita Smara Dana tahun 2009 kini masih menikmati sisa-sisa kejayaan Tim GSD masa lampau, masa gemilang Pak Tommy dan Pak Misgi. Dari semua itu di tahun 2009 kita masih belum merasakan puas dan bangganya menjadi tim terhormat, dipanggil dalam upacara-upacara adalah kehormatan. Karena kita di tahun 2009 belum pernah merasakan getirnya memperjuangkan, jauh dari masa gemilang.
Tak ayal dari kita terlena, malas latihan, malas eksplorasi, hanya mengandalkan Pak Tommy. Tak tahukan kalian ketika Pak Tommy bercerita kepada Io dan aku, tentang pengabdian yang berhadiah sebuah kepuasan. Latihan terakhir sebelum UAS, Pak Tommy sedikit bercerita. Tak tahu lagi apa di tahun 2009 nanti beliau masih dipakai SMA 1 lagi atau tidak. Hanya itu yang Pak Tommy bisa berikan pada SMA 1 Blora. Hanya sedikit kemampuan beliau yang beliau sumbangsihkan selama ini.
Beliau bersyukur, kepala sekolah kita kini sedikit menaruh peduli pada ekstrakurikuler yang selama ini membawa nama SMA 1 Blora kemana-mana. Dengan sedikit senggolan dari Bapak Bupati, kepala sekolah kita mau memberi perhatian. Apalagi setelah tau separuh Tim Gabungan PORPROV yang akan berangkat ke Solo Juli nanti ditempati posisinya oleh siswa SMA 1 Blora, alumninya. Inilah! Kepuasan yang menjadi obat bagi lelahnya Bapak Tommy. Semua itu merupakan hasil maksimal dan terbaik yang diperoleh beliau.
Hingga tak tahu lagi tahun 2010 akan melatih drumband lagi sementara kader-kadernya yakni Pak Sumarno dan Pak Tony masih dalam tahap pembelajaran. Next, patutkah kita bermalas-malas sementara beliau menginginkan yang terbaik dari kita. Beliau sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk kita. Khusus untuk Tim Gabungan dan Tim Internal GSD, Pak Tommy berpesan agar mampu berikan yang terbaik pula pada Pak Tommy.
Pak Tommy tidak begitu mengharapkan maju ke depan gedung PEMDA saat upacara hari besar, diiringi drumband dengan menerima sejumlah lencana kehormatan seperti rekan-rekannya. Pak Tommy berkata cukup bangga melihat anak didiknya memberikan yang terbaik untuk beliau.
Sempet bergetar hati ini juga denger mereka menamakan diri anak-anak autis. Dari mereka ga semuanya tau apa itu autis.
Autis itu kelainan yang diderita sekelompok anak dari mayoritas anak normal. Ni penderita autis punya gangguan bicara, terlalu aktif bergerak dan sulit untuk sosialisasi sama banyak orang pada umumnya. Butuh terapi yang panjang waktu, lama minta ampun untuk membuat mereka normal. Butuh kerja ekstra dan perhatian lebih untuk anak-anak autis macam ini.
Contoh saja adek saya. Umurnya akan menginjak 9 tahun 26 Mei 2009 ini. Adek saya, sebut saja Arif mengalami gangguan seperti ini dan diketahui saat berumur 2 tahun. Normalnya anak-anak 2 tahun uda berani ngoceh-ngoceh di depan umum. Tapi Arif, hingga umur demikian ga kunjung ngoceh. Tingkahnya pun jauh dari tingkah anak-anak lain. Lebih suka maen sendiri, jarang perhatiin omongan orang tuanya.
Untungnya sejak bayi, Arif uda dibawa Budhe ke Salatiga untuk dirawat. Karena Bapak waktu itu sedang sakit, maka Ibu harus pandai-pandai mengatur waktu. Ya, at least Ibu ngurusin Bapak dulu. Baru kemudian konsen ke Arif.
Tapi menjelang balita, Arif diketahui mengalami seperti itu. Langsung dibawa ke Semarang, RS. Karyadi. Arif kudu ikut terapi tiap minggu. Harus rutin, gag bole makan banyak karbohidrat dan atau gula krn ni akan mengakibatkan banyak tenaga untuk dia lebih bergerak hiperaktif.
Itulah kenapa kadang-kadang Bontheng mrasa risih harus denger anak-anak pada namain diri mereka autis.
Kamis, 07 Mei 2009
Minggu, 29 Maret 2009
haddoh..
bontheng binun ni..
skins baru tapi g bisa ngaturnya.
hahaha!!
o ya!! ada yg bilang ni lap bionya g lengkap ya?? ato gimana??
bontheng binun.
bagi temen2 kalo mo komeng2 mohon yg jelas ya...
demi kemajuan bontheng ni!!! bontheng is in progress.
dari tadi bontheng penen komeng ndiri tpi g bisa.(hahaha...ndeso loe!)
kalo temen2 komeng juga tpi g bisa bisa mengajukan pemberian komeng lewat
friendster bontheng ato di fesbuk bontheng.. ada linknya kok..
Sabtu, 28 Februari 2009
HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI Laporan Disusun guna memenuhi tugas Biologi pada 11 Februari 2009 Oleh : Septina Lia Triastuti 29 Bonita Indah Nuryanti 05 Hengky Dwi F 13 Antonius Fajar Pangiring 03 Rokok · Bekas lampu · Selang plastik bening dengan panjang secukupnya · Kain kapas · 2 batang rokok, filter dan kretek · Korek api 1. Susunlah alat-alat tersebut seperti pada gambar 2. Nyalakan rokok yang ada pada salah satu ujung selang dengan korek api kemudian isaplah dengan mulut beberapa kali sehingga asap rokok mengalir masuk dan memenuhi tabung. Lakukan berulang kali sampai timbul bercak cokelat kekuningan yang menempel pada kapas dalam tabung. Rokok Filter Rokok Kretek · Kapas menjadi keruh · Warna kapas kuning kecokelatan · Kapas menjadi keruh · Warna kapas agak cokelat tua Respirasi Hewan 2. Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan pada saat bernapas. · 3 hewan atau serangga bermassa berbeda · Respirometer sederhana · Timbangan · Kristal NaOH/KOH · Eosin · Vaselin · Kapas · Pipet 1. Bungkuslah kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung respirometer. 2. Masukkan serangga yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala. 3. Oleskan vaselin pada celah penutup tabung. 4. Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih 1 menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan pipet. 5. Amati dan catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10 menit. 6. Lakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 5) menggunakan serangga lainnya dengan ukuran atau berat berbeda. Jenis Hewan Berat Tubuh Hewan (g) Skala kedudukan eosin tiap 2 menit (mL/s) 2 menit 4 menit 6 menit 8 menit 10 menit Jangkrik 1 gram 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 Jangkrik 1,3 gram 0,015 0,045 0,075 0,1 0,115 Belalang 29 gram 0,4 0,85 0,95 1 1,25 Hewan dengan berbeda ukuran dan massa mempengaruhi jumlah volume oksigen yang dibutuhkan karena volume paru-paru juga berbeda. Semakin besar ukuran hewan makin besar pula volume paru-parunya. Daftar Pustaka
Label: laporan biologi, ngrokok massal
HASIL KUNJUNGAN PAMERAN MENGENANG 1000 HARI WAFATNYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
0 komentar Diposting oleh bonnie di 19.05
HASIL KUNJUNGAN
PAMERAN MENGENANG 1000 HARI WAFATNYA
PRAMOEDYA ANANTA TOER
Kunjungan ke pameran ini baru saya laksanakan pada hari Sabtu, 7 Februari 2009. Pameran ini diadakan di rumah peninggalan Pramoedya Ananta Toer di Jalan Sumbawa Jetis, Blora. Dalam kurun waktu 8 hari terhitung sejak tanggal 1 sampai 7 Februari 2009 pameran ini termasuk telah mampu menarik perhatian pengamat dan penikmat sastra utamanya sastra Pram dari berbagai kota besar, sebagai contoh Surabaya dan Jakarta.
Rentetan acara yang sering ditampilkan pada event ini adalah pembacaan karya-karya seniman muda dan pertunjukkan musik sederhana dari seniman utamanya dari Komunitas Pasang Surut. Kebanyakan dari anggota komunitas yang sering berpakaian hitam, sederhana ini menampilkan karya lagu ciptaan merek yang kritis, cerdas dan hidup. Terbukti sejak saya masuk sampai pulang, panggung masih saja penuh oleh pengunjung yang menikmati musik sederhana dari gendang-geendang beraneka ukuran dan jenis.
Mengenai karya-karya seni rupa yang ditampilkan antara lain seni cetak, lukis, dan fotografi. Karya-karya yang sempat menarik perhatian saya yaitu
Seni Rupa
1. Judul Karya : Merahnya Pram
Nama : Romo Didik
Ukuran : 68 x 90 cm
Bahan : Sketsa Kain Spidol Krayon
2. Judul Karya : Pram Dalam Daur Ulang Sampah
Nama : Anita S.-SMP Bhakti Kedung Tuban
Ukuran : 22 x 28 cm
Bahan : Kardus, Plastik
3. Judul Karya : Pram in Memoriam
Nama : Koko’
Ukuran : 50 x 50 cm
Bahan : Pasta karet, Kanvas, cetak
Seni Fotografi
1. Judul Karya : Menerawang
Nama : -
Bahan : Digital Print
Ukuran : 50 x 40 cm
2. Judul Karya : Merenung
Nama : -
Bahan : Digital Print
Ukuran : 50 x 40 cm
Sedikit deskripsi mengenai karya-karya di atas. Yang pertama adalah Merahnya Pram milik Romo Didik. Lukisan ini memuat wajah Pram yang tersenyum lepas. Wajah tuanya digambarkan lewat coretan spidol dan krayon warna campuran putih dan hitam pada kain warna merah agak tua. Wajah Pram lebih menjorok ke arah kanan atas sedangkan bagian bawah agak ke kiri terdapat kutipan tulisan Pram yakni Angkatan muda harus punya keberanian. Kalau tidak punya sama saja dengan ternak yang hanya sibuk mengurus dirinya sendiri. Tulisan ini semakin hidup tatkala Romo Didik menulisnya lewat spidol hitam.
Yang kedua adalah Pram dalam Daur Ulang Sampah milik Anita S. Sebenarnya ada lebih dari lima karya yang berkonsep sama seperti karya milik Anita ini namun saya ambil satu sebagai sampelnya. Siswa-siswi Kedung Tuban membuat karya dengan melapisi kardus sebesar 22 x 28 cm dengan plastik hitam. Kemudian kertas yang mewakili sketsa wajah Pramudya yang bisa didapatkan di poster-poster maupun pamflet dapat dipotong sesuai garis wajah kemudian ditempelkan ke atas plastik tersebut. Tergolong simpel namun saya acungi jempol karena mereka mampu memanfaatkan limbah termasuk pamflet yang bisa jadi akan dibuang setelah dibaca.
Yang ketiga adalah Pram in Memoriam karya Koko’. Karya ini menarik mata saya untuk mengamati lebih dalam. Ternyata karya ini lebih mirip seperti sablon karet yang banyak terdapat di kaos-kaos. Karena cetakannya berupa karet di atas kanvas. Koko’ mengambil background dasar hitam. Kemudian ditambah dengan sketsa wajah Pram dengan tulisan yang digambarkan 1926-2006, menandai lahir dan wafatnya Pram. Tulisan ini digambarkan di atas gambar selembar kain banner di bawah wajah Pram. Sedangkan untuk gambar dan banner tersebut dipilih warna putih yang kontras dengan background-nya. Karya ini simpel dan menarik perhatian.
Sebenarnya dari kesekina karya seni rupa dan lukis yang paling menjadi minat saya adalah karya fotografi. Saya lebih cenderung menyukai fotografi. Dan karya ini yang membuat saya lebih tertarik.
Antara karya Merenung dan Menerawang sebenarnya sama. Sentuhan gelap dan efek saturasi hijau membuatnya terlihat berbeda dari foto-foto lainnya. Maksud saya wajah Pram dalam foto ini terkesan samar-samar atau bahasa yang terkini adalah sedikit blur. Kemudian warna kulitnya tidak lagi warna cokelat atau kuning kulit melainkan agak samar-samar hijau. Keduanya memiliki karakter yang sama.
Yang kedua yang membuat foto ini berbeda adalah pada karya Merenung menampilkan foto Pram yang memang sedang merenung. Dengan karakter warna dan pencahayaan sama, agak blur, remang-remang. Namun pada karya Merenung terdapat efek yang baru-baru ini cukup in, yakni efek Lomo. Yakni efek pada sebuah kamera yang sejarahnya merupakan kamera cacat karena setiap memotret selalu ada efek gelap samar-samar pada pinggir foto. Sedangkan warna yang dihasilkan di dalamnya mengandung efek kadang-kadang warna tajam, kadang semi cokelat, kadang agak samar-samar, dan lain sebagainya. Namun efek ini baru-baru ini sedang diminati banyak remaja muda di Indonesia utamanya pecinta fotografi. Efek ini terasa pada karya Merenung yang saya lihat. Karena itu saya tertarik.
Entah foto ini asli memang seperti ini atau di-edit dengan sebuah program komputer sehingga menghasilkan efek demikian.
Sayangnya saya tidak dapat mengabadikannya dalam sebuah data dikarenakan keterbatasan saya. Saya tidak memiliki kamera maupun ponsel yang difasilitasi dengan kamera. Namun saya cukup senang dapat merekamnya lewat memori otak saya. Cukup banyak hal yang saya temukan di pameran yang tergolong jarang diadakan di Blora. Dari karya-karya yang penuh arti, pertunjukan seni yang mengagumkan sampai komunitas punk Pasang Surut.
Semoga lain kali ada pameran-pameran karya seperti ini bahkan yang saya tunggu-tunggu adalah pameran fotografi ada di Blora.
Sekian cerita hasil kunjungan saya ke Pameran 1000 Wajah Pram dalam karya seni. Bila ada kata-kata yang kurang berkenan, mohon dimaafkan. Terima kasih.
Ketika aku keluar dari pagar, ada seorang punk yang sengaja melepas sepatunya. Ia letakkan tepat di depannya. Lalu dari mulutnya itu dikeluarkannya entah kertas, entah permen karet, yang jelas elastis dan diulurnya mulai dari sepatu itu. Sedikit demi sedikit, ditempelkannya barang aneh itu ke tanah. Lama-lama hingga setidaknya 1 meter barang itu habis. Seketika orang-orang di sampingnya, orang-orang sesama punk menyalaminya, memberi tepukan yang meriah. OK! Hanya mereka.
Kamera-kamera punk menjadi saksi keberhasilan komunitas dengan logo lingkaran dan huruf kapital A di dalamnya. Tapi dalam hati kuakui itulah seni. Itulah kebanggaan mereka. Dan tak kupungkiri jika mereka juga punya cara hidup sendiri. Dengan penampilan seadanya, entah mandi atau tidak. Dengan barang-barang bawaannya entah itu kamera DSLR, sepatu kets, tas butut dan sederhana. Itulah mereka. Gaya hidup mereka. Aku mengakui keberadaan mereka.
Di depan pagar ada sebuah panggung kecil yang sederhana. Ada banyak orang menonton pertunjukan yang lagi-lagi dipersembahkan oleh komunitas itu. Berbekal semacam gendang kecil, alat-alat pukul perkusi lainnya. Mereka menyanyikan lagu-lagu ciptaan mereka. Diantaranya memuji Pram, sebuah kritik mengenai hidup, pemerintah, ungkapan hati mereka yang jelas beda dari orang-orang pada umumnya. Ternyata banyak orang menyaksikan walau penampilan secara mode mereka jauh dari norma kebanyakan orang.
Itulah apa yang kutemukan usai menikmati peninggalan Pram, karya-karyanya, karya apresiasi orang terhadap Pram. Hingga kutemui... Yang jadi pertanyaan adalah
1. Siapa komunitas itu?
2. Kenapa mereka dapat tinggal di salah satu ruangan sebelah rumah Pram?
3. Kenapa mereka diijinkan bebas melakukan apa saja di sana?
4. Kenapa mereka tak jadi bahan omongan orang-orang dalam yang kupikir adalah generasi Pram?
5. Siapa mereka yang berani keluar masuk area rumah Pram?
6. Ada gadis kucel yang keluar masuk membawakan makanan untuk orang-orang sepertinya dan untuk orang-orang tua normal lainnya? Kenapa tak ada yang memandang sebelah mata?
7. Kenapa?
8. Siapa?
9. Ada apa?
10. Kenapa aku begitu mengakui keberadaannya dan memandang mereka begitu lebih daripadaku?
Label: Pameran, Pramudya Ananta Toer
I THINK OF YOU
I think of you, when the morning comes
And still thinking of you when the night has dawn
And I think of you when the rainy days comes
And still thinking of you when the seasons gone
When you’re no longer be mine
I think of you when my guitar starts to play
And I think of you when I hear some jazz like...
And still thinking of you when the music stops
And just thinking of you with my heart...my lonely heart...
Chorus :
Nananana... I just can’t let you go... you’re always in my mind...
Nananana... No one in this world... can make you feel so fine...
Nananana... I promise you my beibe... I’ll give you all my love...
Nananana... And baby just comes back to me...
I think of you... yes I think of you
Coz I’ll remember you… yes I’ll remember you
That day you went away… ooh I felt so blue
Coz baby I love you… and need you…
MENCINTAI, MEMILIKI DIRIMU feat TOMPI
Terlalu kuat bayangmu berbekas di hatiku
Terlalu indah dirimu kubiarkan berlalu
Teduh kurasa cintamu bersemi
Dan tumbuh kembali
Kuingin dirimu tetap disini di hati ini
Chorus :
For your love and for your heart
I’ll do anything for you
Mencintai memiliki dirimu
Kuingin dirimu tetap tinggal disini
Kuingin dirimu selalu di hati ini
Selamanya……
Memilikimu……
DICINTAI TUK DISAKITI
Hanya airmata, dan sesal kurasa
Di depanku kau bercinta
Kau ingkari janjimu, ‘tuk setia bersamaku
Kini kau bunuh hatiku
Chorus :
Ku tak ingin dengar ratapanmu
Dan ku takkan lagi menyentuhmu
Pergi dan jangan kembali…
Ku ingin sendiri
Perjalanan panjang cinta kita
Sekejap kau hancurkan slamanya
Inikah takdir untukku
Dicintai tuk disakiti
Kutahu kau masih sayang dan menyesali segalanya
Sayang maafku tak bisa
KATAKAN KAU CINTA
Hai kau yang cantik
Senyummu membuat jantungku berhenti
Tatapanmu menusuk hatiku
Bagaikan bintang
Malamku kau hiasi mimpiku… aku rindu
Chorus :
Cinta…katakan kau cinta
Bila kau juga suka
Anganku ingin bersamamu…bahagia…
Bercumbu…berdansa
Berdua…kita bercinta
Dan dunia ini hanya milik kita
Setiap di dekatmu
Kurasa bisik cinta untukku
Benarkah ini yang kurasakan
Kuingin ungkapkan
Tapi ku slalu membisu… ku tak mengerti
UNTUKKU BUKAN DIRIMU feat GROOVOLOGY
Cukup sampai disini saja, tak mau ku kau sakiti lagi
Biarlah ku akhiri semua, meskiku masih mencintaimu
Selalu kau tinggalkan aku, saat ku butuh dirimu
Tak mau ku mengulang lagi, semua yang kulalui
Chorus :
Pergilah…jika kau tak mau, bahagia denganku
Jangan kembali…
Ooh lihatlah …siapa yang menjadi
Orang yang terbaik
Untukku bukan dirimu…
SAMPAI NANTI SELMANYA feat ASTY
Waktu terus berjalan, musim pun terus berganti
Dan sampai kini kau tak disini
Setia ku menanti, kehadiranmu oh kasih
Sampai kapan pun kau pergi
Chorus :
Sayang ku selalu ada untukmu…
Di setiap langkahmu kasih
Cinta kita
Walau kau tak disisiku
Dengarkanlah cerita hati ini
Yang selalu inginkanmu
Disini ku
Sampai nanti selamanya…
SPEND MY LIFE TIME LOVING YOU
Chorus :
Girl I won’t stop loving you
This I promise from my heart
And you can believe
That we will be happy endlessly
Just you and me
And I’ll be there just for you
Anywhere you want me to
I really do
I want to spend my life time loving you
JIKA
Jika cintamu hanyalah untukku
Berikanlah semua rindumu
Jika harus mati ku karenamu
Asalkan cintamu denganku
Chorus :
Semua yang ada, pada dirimu
Membuat ku tak cintai yang lain
Semua yang ada di hatimu yakinkanku
Memang engkaulah cintaku
Hanya dirimu selamanya
Sayang, hati ini telah bicara
Memilih kamu untuk cintaku
HARAPKU
Aku…yang kau khianati
Yang terlukai cintamu
Yang tak berarti di hatimu
Kamu…yang selalu kucinta
Yang setiap saat kurindu
Yang berarti di hidupku
Chorus :
Hadirmu untuk diriku
satu anugerah untukku
walau pedih akan kujalani
tahukah dirimu sayang
kecil di sudut hatiku
ada harap dirimu yang dulu
namun…walau tak adil untukku
kukan terus bernyanyi untukmu
di saat kau sedih dan butuhkanku
ingin…kubuka hatimu
dengan cintaku yang tulus ini
dan kumohon kau tuk kembali
Bridge :
Aku
Yang datang untuk mencintaimu
Dan jika engkau untukku
BAWA KU PERGI DARI PACARKU feat KARIN
Chorus :
Indah hariku..saat bersamamu
Tak seindah hariku saat bersamanya
Mungkinkah, ini mimpi yang slalu kutunggu
Bawaku pergi..dari pacarku..
Yang tak bisa membuat hidupku bahagia…
Bawaku pergi ke duniamu . .
Sesaat ku ragu denganmu
Kau yakinkanku dengan hatimu
Salahkah jika kuingin lepas darinya
Salahkah jika kita saling sayang
Oo kasihku..kau harapanku
Tuk bebas
Kutahu hanya kau yang bisa
Membuat hidupku berwarna
Yakinku kaulah jawabannya
LET ME feat RIFKA
Let me take you in my arms
I’m gonna show you places that you’ll love
I know it’s not a dreamer’s paradise
So close your eyes and hold me tight
Because there never will be turnin’ back
Let our love become as one
Let it bound until the end of time
I just wanna get this straight
I really want for you to know
That I wanna make it last
I’d like to share my rest of life
My love and all that I can give with you
And only you
Chorus :
Let me hear you…sayin’ I do
Let me hear it comin’ out from your love
Let me know you’re…sayin’ I do
Let me know I’m gonna spend eternity
Makin’ love to you each night and day
Now tell me are you ready now
To go reveal the future of our live
Together you and I will be sharing sadness
Laughter happily
Let me say it right out loud, let me make it clear for you
I’m gonna make it last, you’re the one I wanna take
Along the journey I wanna make. So will you…will you be mine